Rabu, 18 Februari 2009

PROPOSAL PENELITIAN TINDAKAN KELAS

JUDUL : PENERAPAN STRATEGI PAIKEM DALAM MENINGKATKAN PEMBELAJARAN ILMU TAJWID
(Penelitian Tindakan Kelas di Kelas VII G SMPN 1 Lembang Semester 2 Tahun Pelajaran 2008-2009)

1. Latar Belakang Masalah


Perkembangan teknologi dan informasi dalam era globalisasi membawa pengaruh perubahan yang signifikan dalam membentuk watak dan kepribadian seseorang, baik pengaruh positif maupun negatif. Pengaruh yang positif tentu membawa manfaat bagi kemaslahatan umat, namun tidak semuanya membawa pengaruh positif akan tetapi akibat negatif sering kali muncul dan mempengaruhi akhaq generasi muda. Dunia pendidikan mempunyai tantangan yang sangat berat karena dituntut untuk dapat melahirkan manusia-manusia yang tidak hanya mampu menguasai tekhnologi dan informasi agar dapat bersaing di dunia internasional akan tetapi juga menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlaq mulia, berbudi pekerti yang luhur sebagaimana tercantum dalam Undang-undang Sistim Pendidikan Nasional No 20 Tahun 2003.
“Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlaq mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab”.

Pendidikan Agama Islam sebagai salah satu bagian dari materi pendidikan mempunyai tanggungjawab untuk dapat merealisasikan tujuan pendidikan Nasional tersebut. Sebagai bagian dari mata pelajaran di sekolah, pendidikan agama Islam seringkali mengalami kendala diantaranya keberadaan mata pelajaran agama Islam tidak mendapatkan perhatian yang serius dari pemerintah hal ini dapat dilihat dari alokasi waktu yang hanya 3 jam pelajaran perminggu bila dibandingkan dengan mata pelajaran lain yang mempunyai alokasi waktu lebih banyak. Di sisi lain minat siswa terhadap mata pelajaran pendidikan agama diakui sangat minim mereka lebih suka dengan mata pelajaran berbasis tekhnologi dan informasi. Hal ini terjadi karena salah satu kelemahan pendidikan agama Islam adalah menerapkan metode atau strategi dalam proses pembelajaran, harus diakui bahwa pendidikan agama Islam pada saat ini diselimuti oleh awan mendung dan berbagai problematika yang belum terurai. Armai Arif (Jakarta, 2002) mengatakan bahwa persoalan-persoalan selalu menyelimuti dunia pendidikan sampai saat ini adalah seputar tujuan dan hasil yang tidak sejalan dengan kebutuhan masyarakat, metode pembelajaran yang statis dan kaku, sikap dan mental pendidik yang dirasa kurang mendukung proses, dan materi pembelajaran yang tidak progresif.

Towaf (1996) juga mengamati adanya kelemahan-kelemahan pendekatan yang digunakan. Ia mengatakan bahwa pendekatan yang digunakan masih cenderung normatif. Kurang kreatifnya guru agama dalam menggali metode yang biasa dipakai untuk pendidikan agama menyebabkan pelaksanaan pembelajaran cenderung monoton.

Amin Abdullah, seorang fakar keislaman menyoroti kegiatan pendidikan agama yang selama ini berlangsung di sekolah. Ia mengatakan bahwa pendidikan agama kurang consern terhadap persoalan bagaimana mengubah pengetahuan agama yang kognitif menjadi “makna” dan “nilai” yang perlu diinternalisasikan dalam diri siswa lewat berbagai cara ,media dan forum. Pembelajaran lebih menitikberatkan pada aspek korespondensi tekstual yang lebih menekankan hafalan teks-teks keagamaan.

Dari berbagai pendapat tersebut, jelas bahwa metode atau strategi pembelajaran memiliki kedudukan yang sangat signifikan untuk dapat mencapai tujuan pendidikan. Bahkan Ismail (2008) mengatakan bahwa metode sebagai seni dalam mentrasfer ilmu pengetahuan kepada siswa dianggap lebih signifikan dibanding dari materi itu sendiri. Sebuah adagium mengatakan bahwa “At-Thariqat Ahamm min al-Maddah” (metode jauh lebih penting dibanding materi). Ini adalah sebuah realita bahwa cara penyampaian yang komunikatif lebih disenangi oleh siswa, walaupun sebenarnya materi yang disampaikan sesungguhnya tidak terlalu menarik. Sebaliknya materi yng cukup menarik, karena disampaikan dengan cara yag kurang menarik maka materi itu kurang dapat dicerna oleh siswa.

Al-qur’an sebagai sumber hukum Islam telah memrintahkan untuk memilih metode yang tepat dalam proses pembelajaran, seperti yang terdapat dalam surh an-Nahl : 125.
“Serulah (manusia) kepada Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk”.

dalam surah Ali-Imran ayat 156 Allah berfirman :
“Maka disebabkan rahmat dari Alloh-lah kamu berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. Karena itu maafkanlah mereka dan bermusyawarahlah dengan mereka dalam urusan ini . Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, maka bertaqwalah kepada Alloh. Sesungguhnya Alloh menyukai orang-orang yang bertaqwa kepada-Nya”.

Selama ini, metodologi pembelajaran agama Islam yang diterapkan masih mempertahankan cara-cara lama (tradisional) seperti ceramah, menghafal dan demonstrasi praktik-praktik ibadah yang tampak kering. Seperti halnya pada materi ilmu tajwid dari masa kemasa selalu menggunakan cara-cara lama dengan ceramah dan membaca al-Qur’an sehingga cara-cara seperti itu diakui atau tidak, membuat siswa tampak bosan, jenuh dan kurang bersemangat dalam belajar agama.

Oleh karenanya secara umum seluruh praktisi pendidikan, khususnya pendidikan agama Islam perlu melakukan inovasi, kreatifitas sehingga tujuan pendidikan Islam dapat tercapai. Strategi PAIKEM merupakan pendekatan dalam proses belajar mengajar yang bila diterapkan secara tepat berpeluang dalam meningkatkan tiga hal, pertama, maksimalisasi pengaruh fisik terhadap jiwa, kedua, maksimalisasi pengaruh jiwa terhadap proses psikofisik dan psikososial,dan ketiga, bimbingan ke arah pengalaman kehidupan spiritual.

Melalui penelitian tindakan kelas ini diharapkan mampu menemukan formula yang tepat untuk diterapkan sebagai metode atau strategi dalam proses pembelajaran,dalam hal ini penulis merumuskan judul : Penerapan Strategi PAIKEM untuk Meningkatkan Pembelajaran Ilmu Tajwid (Penelitian Tindakan Kelas di Kelas VII G SMPN 1 Lembang Semester 2 Tahun Pelajaran 2008-2009).

2. Permasalahan
Berdasarkan latar belakang di atas masalah penelitian ini adalah kemampuan siswa kelas VII I SMPN 1 Lembang dalam memahami dan menerapkan ilmu tajwid untuk dapat membaca al-qur’an dengan baik dan benar.

3. Cara Pemecahan Masalah
Masalah tentang kemampuan siswa SMPN 1 Lembang dalam memahami ilmu tajwid akan dipecahkan dengan menggunakan strategi PAIKEM

4. Batasan Masalah
Ilmu Tajwid adalah merupakan cabang ilmu al-qur’an yang mempelajari tata cara membaca al-qur’an yang baik dan benar. Hal-hal yang dipelajari dalam ilmu tajwid diantaranya adalah makhorijul huruf, hukum nun mati dan tanwin, hukum alif lam,hukum ra, hukum mad dan lain-lain.

Karena keluasan ilmu yang dipelajari dalam ilmu tajwid maka penulis membatasi penelitian hanya pada hukum nun mati dan mim mati sesuai dengan kompetensi dasar Pendidikan Agama Islam kelas VII semester 2.

5. Rumusan Masalah
Berdasarkan batasan masalah tersebut, penulis merumuskan masalah penelitian dalam bentuk pertanyaan berikut ini:
1) Seberapa besar kemampuan siswa dalam memahami hukum nun mati dan mim mati sebelum diberi tindakan pembelajaran strategi PAIKEM
2) Seberapa besar peningkatan pemahaman siswa dalam hukum nun mati dan mim mati setelah diberi tindakan pembelajaran melalui strategi PAIKEM

6. Tujuan Penelitian
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, penelitian yang dilakukan ini bertujuan untuk :
1) Mengetahui kemampuan awal siswa dalam memahami hukum nun mati dan mim mati sebelum diberi tindakan pembelajaran melalui metode atau strategi PAIKEM.
2) Menemukan formula yang tepat dalam pembelajaran hukum nun mati dan mim mati sehingga siswa dapat lebih mudah memahaminya dengan kegiatan yang menyenangkan.
3) Mengetahui tingkat pemahaman siswa tentang hukum nun mati dan mim mati setelah diberi tindakan strategi PAIKEM

7. Manfaat Hasil Penelitian
Selain memiliki tujuan, sebuah penelitian haruslah memiliki manfaat. Adapun manfaat yang diharapkan dari hasil penelitian ini adalah sebagai berikut :
1) Bagi Penulis
Penulis dapat meningkatkan kualitas keilmuan serta mengimplementasikan strategi PAIKEM dalam pembelajaran ilmu tajwid.
2) Bagi Pengajar
Hasil penelitian ini dapat dijadikan perbandingan dan alternatif model pembelajaran kemampuan dalam memahami ilmu tajwid khususnya hukum nun mati dan mim mati
3) Bagi Siswa
Dengan strategi PAIKEM yang memungkinkan terciptanya kondisi belajar yang menyenangkan, siswa diharapkan memiliki peningkatkan kemampuan dalam ilmu tajwid dan dapat membaca al-qur’an dengan baik dan benar.
4) Bagi Pembelajaran Ilmu Tajwid
Hasil penelitian ini dapat dijadikan masukan dan alternatif untuk menyempurnakan pelaksanaan pembelajaran ilmu tajwid di sekolah pada umumnya, dan khususnya pembelajaran ilmu tajwid melalui penerapan PAIKEM.

8. Definisi Operasional
Agar tidak terdapat kesalahpahaman atau kekeliruan dalam penelitian ini maka penulis beranggapan perlu adanya penjabaran definisi, sebagai berikut :
1) PAIKEM yang dimaksud adalah singkatan dari Pembelajaran Aktif, Inovatif, Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan.
2) Ilmu Tajwid adalah ilmu yang mempelajari tentang tata cara membaca al-qur’an yang baik dan benar.

9. Sistematika Penulisan
Sistematika penelitian ini terdiri dari beberapa bagian, yaitu : Bagian Pertama, pendahuluan yang berisi dasar pemikiran dan latar belakang, permasalahan, pemecahan masalah, rumusan masalah, batasan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, definisi operasional dan sistematika penulisan. Bagian kedua, berisi landasan teori Strategi PAIKEM dan Pembelajaran Ilmu Tajwid . Bagian Ketiga, membahas seputar metodologi penelitian. Bagian Keempat merupakan gambaran pelaksanaan penelitian dan pembahasan hasil penelitian. Bagian Kelima, Simpulan dan Saran.
10. Kerangka Teoritis
Istilah strategi (strategy) berasal dari kata benda dan kata kerja dalam bahasa Yunani. Sebagai kata benda, strategos, merupakan gabungan kata “stratos” (militer) dengan “ago” (memimpin). Sebagai kata kerja, stratego berarti merencanakan (to plan).8. Dalam kamus besar Bahasa Indonesia strategi adalah rencana yang cermat mengenai kegiatan untuk mencapai sasaran khusus. Menurut Sudjana (2000) strategi adalah suatu pola yang direncanakan dan ditetapkan secara sengaja untuk melakukan kegiatan atau tindakan.Berdasarkan beberapa pengertian di atas dapat dikemukakan bahwa strategi adalah. Kemampuan untuk merencanakan berupa tindakan secara sengaja untuk mencapai apa yang menjadi tujuan atau sasaran.
Strategi yang diterapkan dalam proses pembelajaran di sebut strategi pembelajaran. Pembelajaran merupakan perubahan istilah, sebelumnya dikenal dengan istilah proses belajar mengajar (PBM) dan kegiatan belajar mengajar (KBM). Penting ditegaskan disini perbedaan antara belajar dan pembelajaran, menurut Ismail (2008) Belajar merupakan aktifitas yang dilakukan seseorang atau peserta didik secara pribadi dan sepihak. Sementara pembelajaran itu melibatkan dua pihak, yaitu guru dan peserta didik yang di dalamnya mengandung dua unsur sekaligus, yaitu mengajar dan belajar (teaching and learning).
Menurut M. Subana dan Sunarti (2000), kata belajar berarti suatu proses perubahan tingkah laku pada siswa akibat adanya interaksi antara individu dan lingkungannya melalui proses pengalaman dan latihan.
Belajar menurut Morris L. Bigge seperti yang dikutip Max Darsono dkk. adalah dan perubahan yang menetap dalam diri seseorang yang tidak dapat diwariskan secara genetis, Moriss menyatakan bahwa perubahan itu terjadi pada pemahaman (insight), perilaku, persepsi, motivasi, atau campuran dari semuanya secara sistematis sebagai akibat pengalaman dalam situasi tertentu.
Sedangkan pembelajaran, seperti yang didefinisikan Oemar Hamalik adalah suatu kombinasi yang tersusun meliputi unsur-unsur manusiawi, internal material fasilitas perlengkapan dan prosedur yang saling mempengaruhi untuk mencapai tujuan pembelajaran.
Menurut Mulyasa, pembelajaran pada hakikatnya adalah interaksi antara peserta didik dengan lingkungannya sehingga terjadi perubahan perilaku ke arah yang lebih baik.Dalam pembelajaran tersebut banyak sekali faktor yang mempengaruhinya, baik faktor internal yang datang dari diri individu, maupun faktor eksternal yang datang dari lingkungan individu tersebut.
Dari beberapa pendapat di atas jelas terdapat perbedaan pengertian antara belajar dengan pembelajaran, belajar lebih di titikberatkan pada proses yang dilakukan oleh seseorang untuk dapat mempunyai kompetensi tertentu yang dilakukan secara sepihak. Sedangkan pembelajaran adalah proses belajar yang dilakukan melalui interaksi antara peserta didik dengan pendidik atau lingkungannya.
Karena pembelajaran merupakan interaksi dua pihak, maka diperlukan strategi tertentu untuk mencapai tujuan. Metode pembelajaran atau sering dikenal istilah strategi belajar mengajar senantiasa mengalami dinamika dalam praktik dunia pendidikan. Tidak terkecuali di negara Indonesia, dinamika tersebut terjadi dari masa kemasa seiring dengan kebijakan pemberlakuan kurikulum pendidikan mulai kurikulum 1975, 1984, 1994, KBK 2004 dan KTSP 2006. Dalam catatan sejarah pendidikan nasional, telah dikenal beberapa pendekatan atau strategi pembelajaran SAS (Sintesis, Analisis, Sistematis), CBSA (Cara Belajar Siswa Aktif), CTL (Contekxtual Teaching and Learning), Life Skill Education, PAKEM (Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif dan Menyenangkan) dan paling dikenal terakhir adalah istilah PAIKEM.
Istilah PAIKEM adalah merupakan singkatan dari Pembelajaran Aktif, Inovatif, Kreatif, Efektif dan Menyenangkan. Pengertian secara bahasa dan istilah dijelaskan secara singkat sebagai berikut. Istilah Aktif menurut Ismail SM (2008) pembelajaran adalah proses aktif membangun makna dan pemahaman dari informasi, ilmu pengetahuan maupun pengalaman oleh peserta didik sendiri.
Dalam proses pembelajaran semestinya siswa tidak dijadikan layaknya bapak-bapak atau ibu-ibu pengajian yang hanya duduk manis dan siap mendengarkan tentang ilmu pengetahuan dan informasi dari sang guru. Lebih dari itu seorang guru dituntut untuk mampu menciptakan suasana yang memungkinkan siswa untuk aktif menemukan, memproses dan mengkontruksi ilmu pengetahuan dan keterampilan baru.
Istilah Inovatif yang dimaksud selama proses pembelajaran diharapkan muncul ide-ide baru atau inovasi-inovasi positif yang keluar dari peserta didik untuk diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.Istilah Kreatif memiliki makna bahwa pembelajaran harus dapat mengembangkan daya imajinasi peserta didik, karena pada dasarnya setiap orang mempunyai potensi imajinasi masing-masing sehingga melalui pembelajaran guru dituntut untuk dapat menciptakan suasana yang mengundang daya kreatifitas anak didik. Istilah Efektif yaitu bahwa model pembelajaran apapun dengan waktu yang relatif singkat seyogyanya mampu mencapai tujuan pembelajaran yang maksimal, hal ini dibuktikan dengan peserta didik memiliki kompetensi baru setelah proses pembelajaran. Istilah Menyenangkan, faktor inilah yang seringkali terabaikan, suasana pembelajaran yang menyenangkan dan berkesan akan menumbuhkan minat dan motivasi siswa untuk terlibat secara aktif dalam proses pembelajaran sehingga tujuan pembelajaran akan tercapai dengan maksimal.

2 komentar:

  1. thanks .... udah bagi- bagi... ana lagi haus PTK nih ...

    BalasHapus
  2. kami lah punyo yang ini.
    yang laen bae oiii....

    BalasHapus